Warta.top – Bola.com, Jakarta – Tindakan PSIS Semarang Kontra PSM Makassar di Stadion Kanjuruhan Miskin, Sabtu (9/4/2021), duel pembuka Menpora Cup 8 Besar 2021.
Pertemuan eks tim United ini menarik untuk disaksikan karena sama-sama tampil impresif di babak penyisihan grup meski hanya melawan pemain lokal. PSIS mencuri perhatian dengan menjuarai Grup A yang juga dihuni Barito Putera, Arema FC, dan Tira Persikabo.
Dalam tiga pertandingan, tim asuhan Dragan Djukanovic meraih dua kemenangan dan sekali imbang. Produktivitas mereka juga paling menonjol di Piala Menpora dengan koleksi sembilan gol.
PSM tidak kalah berkelas. Berada di Grup B bersama dua tim kandidat juara Persija Jakarta dan Bhayangkara Solo FC serta Borneo FC Samarinda, skuad Juku Eja menjelma menjadi tim kuda hitam setelah diremehkan akibat sejumlah kendala selama masa persiapan.
Dari tiga laga tersebut, PSM mengoleksi satu kemenangan dan dua hasil imbang. Hasil itu membawa tim asuhan Syamsuddin Batola itu ke posisi 8 besar dengan status pemenang kedua Grup B.
Keberhasilan kedua tim melaju ke posisi 8 besar tentunya tidak lepas dari rumusan strategi kedua pelatihnya.
Dragan dinilai mampu mengoptimalkan pemain mudanya PSIS Semarang dengan permainan yang mengesankan dan serangan yang terorganisir dengan baik. Sementara itu, Syamsuddin memaksimalkan mental dan pengalaman skuadnya untuk membungkam tim lawan.
Pola 4-3-3 menjadi andalan kedua tim
PSIS Semarang dan PSM Makassar sama-sama tampil dengan pola 4-3-3 sebagai strategi dasar yang berkembang sesuai situasi dan kondisi pertandingan.
Dengan pola tersebut, kedua tim semakin mengoptimalkan serangan melalui dua sayap untuk membuka peluang mencetak gol. Hanya PSIS yang sedikit lebih dinamis.
Tiga pemain lini depan, Hari Nur Yulianto, Komarodin, dan Farrel Arya, kerap melakukan rotasi posisi untuk merusak konsentrasi bek lawan.
Sedangkan penyerang sayap PSM seperti Yacob Sayuri, Rizky Eka, Zulham Zamrun dan Aji Kurniawan lebih dominan tampil sesuai posisinya sebagai penyuplai bola kepada striker tunggal, Patrich Wanggai atau Saldi Amiruddin.
Sedangkan di lini tengah, PSIS dan PSM sama-sama memiliki satu pemain berdiri di depan dua penghenti sebagai penyeimbang lini tengah.
Status Pelatih yang Berbeda

Secara umur, Syamsuddin yang kini berusia 52 tahun lebih tua dua tahun dari Dragan. Namun, Dragan lebih berpengalaman sebagai pelatih kepala di sejumlah klub. Sebelum bergabung dengan PSIS, Dragan tercatat sebagai pelatih Borneo FC Samarinda.
Sedangkan Syamsuddin merupakan pelatih kepala pertama kali di PSM. Sebelumnya, Syamsuddin menjabat sebagai asisten pelatih asing yang pernah menangani PSM di pentas Liga 1, yakni Robert Alberts, Darije Kalezic, dan Bojan Hodak.
Latar belakang keduanya yang sama-sama pemain berpengaruh pada karakter dan strategi tim yang ditangani.
Dragan yang dulunya adalah seorang striker menekankan permainan agresif timnya. Sementara itu, Syamsuddin lebih mengutamakan pertahanan yang kokoh dan keseimbangan tim sesuai dengan karakternya sebagai seorang defender saat masih aktif sebagai pemain.
Hal tersebut terlihat dari hasil yang diraih kedua tim di babak penyisihan grup Piala Menpora. Dalam tiga pertandingan, PSIS mencetak sembilan gol tetapi kebobolan enam gol. Sedangkan gol PSM hanya kebobolan tiga gol ke gawang lini depan agresif Bhayangkara, Persija dan Kalimantan.
Keseimbangan tim PSM lebih terjaga karena mampu mengoleksi lima gol dalam tiga pertandingan. Cara bermain yang diterapkan Dragan dan Syamsuddin akan terlihat kembali saat duel tim mereka di laga perempat final mendatang.
PSIS semakin agresif menembus area pertahanan PSM. Sementara itu, Juku Eja yang mengandalkan mental dan pengalaman lebih mengoptimalkan pertahanan dengan serangan balik yang cepat.