Warta.top – Pada 2014, Deni Hermanto memutuskan tidak lagi menjadi juru masak di kapal pelayaran lintas negara. Dia membayar gaji ribuan dolar untuk memulai usaha pengolahan ikan bersama istrinya di Pantai Teleng Ria, Pacitan, Jawa Timur.
Pria berusia 45 tahun ini menyadari bahwa kampung halamannya berpotensi untuk dikembangkan guna mendapatkan uang. Deni sadar, tidak perlu jauh-jauh hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
“Rumah saya dekat laut, potensinya jelas. Lalu kenapa saya harus jauh dari rumah dan keluarga?,” Kata Deni seperti dikutip dari keterangan resmi Humas Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan. Urusan dan Perikanan, Jakarta, Jumat (1/1).
Ia mengaku tak pernah terpikir untuk pensiun dini dari aktivitasnya sebagai chef. Namun, sang istri meyakinkannya untuk tetap bertahan di bidang kuliner dengan membuka usaha sendiri.
“Tadinya saya pikir (pensiun), tapi istri saya meyakinkan dia untuk berbisnis di rumah ya, Bismillah ya,” ujarnya.
Berbekal pengalaman memasak di kapal pesiar dan pelatihan pengolahan ikan, Deni dan istrinya bertekad membuka usaha sendiri. Deni menyulap bakso tahu dengan isian daging tuna.
Bukan tanpa alasan, pemilihan tuna dinilai lebih mudah didapat. Ia juga akrab dengan komoditas yang dikenal sebagai ikan perenang andal.
Pasalnya, pesisir selatan Pulau Jawa dikenal sebagai gudang ikan tuna. Terpikir olehnya untuk mengolah tuna guna mendapatkan nilai tambah dari penjualan ikan yang bernama latin Thunnini tersebut.
“Jadi dari situ kita pikir, kenapa tidak kita proses saja supaya punya nilai tambah,” kata Deni.
Produk olahan tuna tersebut juga diberi merek ‘Sabrina’. Meski usahanya tak langsung melejit, ayah satu anak ini berusaha menekuni profesi barunya. Kini, setelah 6 tahun berlalu, Deni mampu mempekerjakan 25 warga sekitar.
Omzet usahanya juga mencapai Rp. 100-200 juta per bulan. Selama 6 tahun berjalan, ia pun berinovasi dengan menciptakan varian tahu tuna. Kini, tahu bakso tuna Deni memiliki tiga varian yang membedakannya; pedas, sayur dan biasa.
Salah satu kendala utama bisnis ini yang diakui Deni terkait infrastruktur. Minimnya logistik ini disebabkan tidak adanya stasiun, pelabuhan atau bandara di Pacitan.
Meski begitu, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Deni dan istrinya. Padahal, di tengah keterbatasan tersebut, wilayah pemasaran produk mereka telah menjangkau sejumlah kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Ibu Kota Jakarta.
Padahal, bisnis pengolahan ikan ‘Sabrina’ tak terpengaruh dampak pandemi Covid-19. Bahkan usaha tahu tuna miliknya tidak pernah berhenti. “Alhamdulillah masih kami kirim ke Jakarta, Jawa Barat, Jogja dan kota-kota lain. Pesanan terus ada,” ucapnya.
Ia pun mengajak masyarakat yang tinggal di dekat perairan, baik laut maupun sungai untuk berani berinovasi. Memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar khususnya di bidang perikanan laut.
“Kami yakin dan berani berinovasi. Padahal potensi perikanan lautnya luar biasa,” ujarnya.